Luas wilayah Kabupaten Bone 4.559 km² dengan rincian lahan sebagai berikut:
- Persawahan: 88.449 Ha
- Tegalan/Ladang: 120.524 Ha
- Tambak/Empang: 11.148 Ha
- Perkebunan Negara/Swasta: 43.052,97 Ha
- Hutan: 145.073 Ha
- Padang rumput dan lainnya: 10.503,48 Ha
Wilayah Kabupaten Bone termasuk daerah beriklim sedang. Kelembaban udara berkisar antara 95%-99% dengan temperatur berkisar 26 °C – 34 °C.
Selain kedua wilayah yang terkait dengan iklim tersebut, terdapat juga wilayah peralihan, yaitu: Kecamatan Bontocani dan kecamatan Libureng yang sebagian mengikuti wilayah barat dan sebagian lagi wilayah timur. Rata-rata curah hujan tahunan di wilayah Bone bervariasi, yaitu: rata-rata < 1.750 mm; 1750 – 2000 mm; 2000 – 2500 mm dan 2500 – 3000 mm.
Pada wilayah Kabupatan Bone terdapat juga pengunungan dan perbukitan yang dari celah-celahnya terdapat aliran sungai. Disekitarnya terdapat lembah yang cukup dalam. Kondisinya sebagian ada yang berair pada musim hujan yang berjumlah sekitar 90 buah. Namun pada musim kemarau sebagian mengalami kekeringan, kecuali sungai yang cukup besar, seperti sungai Walenae, Cenrana, Palakka, Jaling, Bulu-bulu, Salomekko, Tobunne dan Lekoballo.
1.Sejarah Berdirinya Kabupaten Bone
Kerajaan Tanah Bone dahulu terbentuk pada awal abad ke- IV atau pada tahun 1330, namun sebelum Kerajaan Bone terbentuk sudah ada kelompok-kelompok dan pimpinannya digelar KALULA Dengan datangnya LA UBBI yang digelar TO MANURUNG ( Manurungge Ri Matajang ) atau MATA SILOMPO-E. maka terjadilah penggabungan kelompok-kelompok tersebut termasuk Cina, Barebbo, Awangpone dan Palakka. Pada saat pengangkatan TO MANURUNG MATA SILOMPO- E menjadi Raja Bone, terjadilah kontrak pemerintahan berupa sumpah setia antara rakyat Bone dalam hal ini diwakili oleh penguasa Cina dengan 10 MANURUNG , sebagai tanda serta lambang kesetiaan kepada Rajanya sekaligus merupakan pencerminan corak pemerintahan Kerajaan Bone diawal berdirinya. Disamping penyerahan diri kepada Sang Raja juga terpatri pengharapan rakyat agar supaya menjadi kewajiban Raja untuk menciptakan keamanan, kemakmuran, serta terjaminnya penegakan hukum dan keadilan bagi rakyat. Adapun teks Sumpah yang diucapkan oleh penguasa Cina mewakili rakyat Bone berbunyi sebagai berikut ;“ ANGIKKO KURAUKKAJU RIYAAOMI’RI RIYAKKENG
KUTAPPALIRENG ELOMU ELO RIKKENG ADAMMUKKUWA MATTAMPAKO
KILAO.. MALIKO KISAWE. MILLAUKO KI ABBERE.
MUDONGIRIKENG TEMMATIPPANG. MUAMPPIRIKKENG
TEMMAKARE. MUSALIMURIKENG TEMMADINGING “
Terjemahan bebas ;
“ ENGKAU ANGIN DAN KAMI DAUN KAYU, KEMANA BERHEMBUS KESITU
KAMI MENURUT KEMAUAN DAN
KATA-KATAMU YANG JADI DAN BERLAKU ATAS KAMI, APABILA ENGKAU
MENGUNDANG KAMI MENYAMBUT
DAN APABILA ENGKAU MEMINTA KAMI MEMBERI, WALAUPUN ANAK
ISTRI KAMI JIKA TUANKU TIDAK SENANGI KAMIPUN TIDAK
MENYENANGINYA, TETAPI ENGKAU MENJAGA KAMI AGAR TENTRAM,
ENGKAU BERLAKU ADIL MELINDUNGI AGAR KAMI MAKMUR
DAN SEJAHTERA ENGKAU SELIMUTI KAMI AGAR TIDAK KEDINGINAN
2.Norma Dan Nilai Adat Bone
SIPAKATAU artinya : Saling
memanusiakan , menghormati / menghargai harkat dan martabat kemanusiaan
seseorang sebagai mahluk ciptaan ALLAH tanpa membeda - bedakan, siapa
saja orangnya harus patuh dan taat terhadap norma adat/hukum yang
berlaku.
SIPAKALEBBI artinya : Saling
memuliakan posisi dan fungsi masing-masing dalam struktur
kemasyarakatan dan pemerintahan, senantiasa berprilaku yang baik sesuai
dengan adat dan budaya yang berlaku dalam masyarakat
SIPAKAINGE artinya: Saling
mengingatkan satu sama lain, menghargai nasehat, pendapat orang lain,
manerima saran dan kritikan positif dan siapapun atas dasar kesadaran
bahwa sebagai manusia biasa tidak luput dari kekhilafan Dengan
berpegang dan berpijak pada nilai budaya tersebut diatas, maka system
pemerintahan Kerajaan Bone adalah berdasarkan musyawarah mufakat. Hal
ini dibuktikan dimana waktu itu kedudukan ketujuh Ketua Kaum ( Matoa
Anang ) dalam satu majelis dimana MenurungE sebagai Ketuanya Ketujuh
Kaum itu diikat dalam satu ikatan persekutuan yang disebut KAWERANG,
artinya Ikatan Persekutuan Tana Bone. Sistem Kawerang ini berlangsung
sejak ManurungE sebagai Raja Bone pertama hingga Raja Bone ke IX yaitu
LAPPATAWE MATINROE RI BETTUNG pada akhir abad ke XVI.
3.Objek Wisata Di Kabupaten Bone
a.Museum LapawawoiMerupakan bangunan tempat tinggal raja Bone XXXI Andi Mapanyukki. Museum ini berisi benda-benda seni dan budaya tradisional, foto-foto raja Bone beserta keturunan bangsawan Bone, berbagai jenis benda pusaka, pakaian dan aksesoris tradisional serta benda-benda yang biasa digunakan dalam upacara adat Bone. Terletak di pusat kota Watampone.
b.Bola Soba
Merupakan rumah adat tempat tinggal panglima kerajaan Bone Andi Abdul Hamid Petta Ponggawae yang dibangun pada masa pemerintahan raja Bone XXX sekitar tahun 1890. terletak di pusat kota Watampone.
c.Gua Mampu
Gua mampu merupakan sebuah terowongan terpanjang dan terindah di sulawesi selatan yang dihiasi stalaktit dan stalagmit di dalamnya, konon relief stalagmit di dalam gua ini menyerupai sosok manusia. Kelebihan gua ini ialah memiliki ventilasi sehingga cahaya bisa masuk. Terletak sekitar 34 Km dari kota Watampone.
d.Tanjung Pallette
Objek Wisata Tanjung Pallette terletak di kelurahan Pallette kecamatan Tanete Riattang Timur Kab.Bone . Tanjung Pallette Merupakan sebuah kawasan yang memiliki panorama alam yang sangat indah yang didukung dengan fasilitas yang memadai dan membuat anda dan keluarga akan semakin betah . Kawasan ini berhadapan langsung dengan teluk Bone yang berjarak 12 km dari pusat kota Watampone .
e.Pelabuhan Bajo'e
Pelabuhan Bajo'e adalah pelabuhan terpanjang di Indonesia timur . Di tempat ini biasanya dijadikan para pengunjung tempat selfie ataupun foto-foto bersama . Biasanya kalau sudah bulan puasa tempat ini ramai dengan para remaja ataupun dewasa dikarenakan ingin melihat indahnya sunrise atau matahari terbit . Bajoe berjarak 7 km dari pusat kota Watampone
4.Makanan Khas Kab.Bone
a.Kapurung
Kapurung adalah salah satu makanan khas tradisional di Sulawesi Selatatan, khususnya masyarakat daerah Bone dan Palopo . Makanan ini terbuat dari sari atau tepung sagu. Di daerah Maluku dikenal dengan nama Papeda. Kapurung dimasak dengan campuran ikan atau daging ayam dan aneka sayuran. Meski makanan tradisional, Kapurung mulai populer. Selain ditemukan di warung-warung khusus di Makassar juga telah masuk ke beberapa restoran, bersanding dengan makanan modern.
b.Jalangkote
Jalangkote adalah kue yang bentuknya serupa dengan kue yang ada
di Jakarta dan sejumlah daerah disebut pastel. Bedanya, kalau bahan
kulit pastel umumnya tebal dan empuk, maka kulit jalangkote tipis.
Kulit jalangkote menggunakan bahan dasar terigu, telur, santan,
mentega, garam, dan bahan-bahan tambahan lainnya dan dibuat tipis. Tak
hanya kulit, isinya pun beda. Kalau pastel isinya bisa macam-macam
seperti cokelat, susu, kacang, ikan, dan lainnya, maka jalangkote
tidak. Jalangkote terdapat banyak di daerah sulsel khususnya di Kab.Bone
c.Barongko
Barongko merupakan makanan khas Bugis-Makassar yang terbuat dari pisang yang dihaluskan, telur, santan, gula pasir, dan garam. Kemudian dibungkus daun pisang lalu dikukus. Jika sudah matang, dimasukkan ke dalam kulkas.
5.Daftar Arumpone Bone (Raja-Raja Bone)
- La Umassa Petta Panré Bessié [ Petta Paladeng - Arung Labuaja ] Matinroe Ri Bengo [To' Mulaiyé Ranreng] (1424-1441)
- La Saliyu Karampéluwa/Karaéng Pélua'? [Pasadowakki] (1441-1470)
- We Ban-ri Gau Daéng Marawa Arung Majang Makaleppié Bisu-ri Lalengpili Petta-ri La Welareng [Malajangngé ri Cina] (1470-1490)
- La Tenri Sukki Mappajungngé (1490-1517)
- La Uliyo/Wuliyo Boté'é [Matinroé-ri Itterung] (1517-1542)
- La Tenri Rawe Bongkangngé [Matinroé-ri Gucinna] (1542-1584)
- La Icca'/La Inca' [Matinroé-ri Adénénna] (1584-1595)
- La Pattawe [Matinroé-ri Bettung] (15xx - 1590)
- We Tenrituppu [Matinroé ri Sidénréng] (1590-1607)
- La Tenrirua [Matinroé ri Bantaéng] (1607-1608)
- La Tenripalé [Matinroé ri Tallo] (1608-1626)
- La Ma'daremméng Matinroé ri Bukaka (1626-1643)
- Tobala', Arung Tanété Riawang, dijadikan regent oleh Gowa (1643-1660)
- La Ma'daremméng Matinroé ri Bukaka (1667-1672)
- La Tenritatta Matinroé ri Bontoala' (Arung Palakka) Petta Malampe'é Gemme'na Daéng Sérang (1672-1696)
- La Patau Matanna Tikka Walinonoé To Tenri Bali Malaé Sanrang Petta Matinroé ri Nagauléng (1696-1714)
- Batari Toja Daéng Talaga Arung Timurung Datu-ri Citta Sultana Zainab Zakiyat ud-din binti al-Marhum Sultan Idris Azim ud-din [Matinroé-ri Tippuluna] (1714-1715) (masa jabatan pertama)
- La Padassajati/Padang Sajati To' Apaware Paduka Sri Sultan Sulaiman ibni al-Marhum Sultan Idris Azim ud-din [Matinroé-ri Béula] (1715-1720)
- Bata-ri Toja Daéng Talaga Arung Timurung Datu-ri Citta Sultana Zainab Zakiat ud-din binti al-Marhum Sultan Idris Azim ud-din [Matinroé-ri Tippuluna] (1715) (masa jabatan kedua)
- La Pareppa To' Aparapu Sappéwali Daéng Bonto Madanrang Karaéng Anamonjang Paduka Sri Sultan Shahab ud-din Ismail ibni al-Marhum Sultan Idris Azim ud-din (1720-1721). Ia menjadi Sultan Gowa [Tumamenanga-ri Sompaopu], Arumpone Bone, dan Datu Soppeng.
- I-Mappaurangi Karaéng Kanjilo Paduka Sri Sultan Siraj ud-din ibni al-Marhum Sultan 'Abdu'l Kadir (1721-1724). Menjadi Sultan Gowa dengan gelar Tuammenang-ri-Pasi dan Sultan Tallo dengan gelar Tomamaliang-ri Gaukana.
- La Panaongi To' Pawawoi Arung Mampu Karaéng Biséi Paduka Sri Sultan 'Abdu'llah Mansur ibni al-Marhum Sultan Idris Azim ud-din [Tuammenang-ri Biséi] (1724)
- Batari Toja Daéng Talaga Arung Timurung Datu-ri Citta Sultana Zainab Zakiat ud-din binti al-Marhum Sultan Idris Azim ud-din [Matinroé-ri Tippuluna] (1724-1738) (masa jabatan ketiga)
- I-Danraja Siti Nafisah Karaéng Langelo binti al-Marhum (1738-1741)
- Batari Toja Daéng Talaga Arung Timurung Datu-ri Citta Sultana Zainab Zakiat ud-din binti al-Marhum Sultan Idris Azim ud-din [Matinroé-ri Tippuluna] (1741-1749) (masa jabatan keempat)
- La Temmassogé Mappasossong To' Appaware' Petta Paduka Sri Sultan 'Abdu'l Razzaq Jalal ud-din ibni al-Marhum Sultan Idris Azim ud-din [Matinroé ri-Malimongang] (1749-1775)
- La Tenri Tappu To' Appaliweng Arung Timurung Paduka Sri Sultan Ahmad as-Saleh Shams ud-din [Matinroé-ri-Rompégading] (1775-1812)
- La Mappatunru To Appatunru' Paduka Sri Sultan Muhammad Ismail Muhtajuddin [Matinroé-ri Laleng-bata] (1812-1823)
- I-Manéng Paduka Sri Ratu Sultana Salima Rajiat ud-din [Matinroé-ri Kassi] (1823-1835)
- La Mappaséling Paduka Sri Sultan Adam Nazim ud-din [Matinroé-ri Salassana] (1835-1845)
- La Parénréngi Paduka Sri Sultan Ahmad Saleh Muhi ud-din [Matinroé-ri Aja-bénténg] (1845-1858)
- La Pamadanuka Paduka Sri Sultan Sultan Abul-Hadi (1858-1860)???
- La Singkeru Rukka Paduka Sri Sultan Ahmad Idris [Matinroé-ri Lalambata] (1860-1871)
- I-Banri Gau Paduka Sri Sultana Fatima [Matinroé-ri Bola Mapparé'na] (1871-1895)
- La Pawawoi Karaéng Sigéri [Matinroé-ri Bandung] (1895-1905)
- Haji Andi Bacho La Mappanyuki Karaéng Silaja/Selayar Sri Sultan Ibrahim ibnu Sri Sultan Husain (1931-1946) (masa jabatan pertama)
- Andi Pabénténg Daéng Palawa [Matinroé-ri Matuju] (1946-1950)
- Haji Andi Bacho La Mappanyuki Karaéng Silaja/Selayar Sri Sultan Ibrahim ibnu Sri Sultan Husain [Matinroé-ri Gowa] (1950-1960) (masa jabatan kedua diangkat oleh belanda)
- Arung Bocco Petta Daru / Petta Pangulu / Petta Ponggawa / Petta Paladeng [MatinroE-ri Bengo] (1827-1904) (setelah wafat tidak ada mangkau di bone selama 20 thn)
- Ratu Bessi Kejora Saudara Kandung Dari Arung Bocco Petta Pangulu / Petta Ponggawa / Petta Paladeng [MatinroE-ri Kajuara]] ) (Adalah keturunan Langsung Dari Almarhum Jendral M.Yusuf)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar